Sabtu, 01 Agustus 2020

Sejarah, Makna dan Hikmah Idul Adha

Apa itu Idul Adha?

Idul Adha atau juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”, Setiap tanggal 10 Dzulhijjal umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha. Perayaan itu dilakukan dengan cara melaksanakan sholat ied dan menyembelih hewan qurban dan juga  dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah  haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Idul Adha juga disebut hari untuk mengenang perjuangan Nabi Ibrahim agar menjadi tauladan bagi semua. Sebagai manusia yang sangat dicintai Allah, Nabi Ibrahim menghadapi berbagai cobaan berat semasa hidupnya, tapi kesabaran dan ketakwaannya justru meningkat saat diuji.


Sejarah Idul Adha

Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya Nabi Ismail. Nabi Ibrahim ikhlas menjalankan perintah-Nya. Ia menyembelih Ismail di Mina, Makkah. Inilah cikal-bakal Idul Adha dan syariat berkurban.

Nabi Ibrahim sebelumnya memohon ke Allah agar diberikan seorang anak yang baik hati dan saleh. Dengan segala kesabarannya, doa Nabi Ibrahim akhirnya terkabul. Istri kedua Nabi Ibrahim, Siti Hajar dikarunia Allah untuk hamil. Dari rahim wanita salehah tersebut, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail.

Kemudian Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk membawa istrinya dan Ismail yang masih bayi dari Syam ke suatu lembah tandus, gersang, sepi tidak ada penghuni seorang pun. Wilayah ini akhirnya dikenal sebagai Hijaz atau Tanah Haram Makkah.

Saat itu, Nabi Ibrahim maupun istrinya tidak mengetahui pasti apa maksud dari perintah Allah tersebut. Tapi, mereka tetap menjalankannya dengan ikhlas dan tawakal semata-mata karena Allah SWT.

Setiba di Hijaz, Nabi Ibrahim kembali diperintahkan oleh Allah untuk kembali ke Syam, meninggalkan anak istrinya di padang tandus itu. Nabi Ibrahim kembali menjalankan perintah ini dengan ikhlas karena Allah.

Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan persediaan air minum hingga tidak biasa menyusui Nabi Ismail, beliau mencari air sambil lari-lari kecil (Sa’i) di antara bukit Shafa dan bukit Marwah sebanyak 7 kali. Kemudian datanglah pertolongan Allah SWT melalui mata air zam-zam yang masih ada hingga kini.

Pada malam Tarwiyah, hari ke 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim bermimpi mendapatkan perintah untuk menyembelih Nabi Ismail. Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai Hari Tarwiyah, yang artinya berpikir atau merenung.

Pada malam ke 9 di bulan Dzulhijjah, beliau mendapatkan mimpi yang sama. Pagi harinya, beliau yakin mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari Arafah, yang artinya mengetahui, dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di Tanah Arafah.

Setelah mendapatkan kesepakatan, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kemudian mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama proses penyembelihan. Dengan berlinang air mata, Nabi Ibrahim mencoba menyembelih Nabi Ismail dengan menggunakan sebilah pedang yang telah diasah. Pedang yang mengenai Nabi Ismail terus terpental dan sama sekali tidak melukainya.

Kemudian Nabi Ismail meminta sang ayah untuk melepas ikatan untuk mempermudah proses penyembelihan. Tetapi tetap saja pedang tersebut tidak mampu untuk menyembelih Nabi Ismail.

Allah SWT kemudian memberikan perintah baru kepada Nabi Ibrahim. Perintah tersebut menyuruh Nabi Ibrahim untuk mengganti Nabi Ismail dengan seekor hewan yang besar untuk disembelih.

Momen ini berlangsung tepat pada 10 Dzulhijjah yang hingga kini diperingati sebagai hari raya kurban. Sehingga hari raya kurban untuk mengenang pengorbanan dan ketabahan yang telah dilalui oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Makna Idul Adha

Idul Adha juga dikenal dengan nama Yauman Nahri dan ini merupakan sebuah perintah. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda, "Barangsiapa memiliki kelapangan rizki lalu ia tidak menyembelih hewan qurban, maka jangan lah ia mendekati tempat kami sholat"

Makna Idul Adha dalam kehidupan sehari-hari dapat direnungkan kembali dari pengorbanan Nabi Ibrahim, misalnya apa yang kita telah berikan kepada keluarga yang membesarkan sedari kecil maupun negara.

Hikmah Idul Adha dalam kehidupan sehari hari

  1.  Meneladani ketakwaan Nabi Ibrahim AS
  2. Menjadi sumber motivasi untuk peningkatan taraf hidup
  3. Menumbuhkan kepedulian sosial
  4. Menjadi salah satu cara membahagiakan sesama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar